Your Life, Your Masterpiece

Untuk menjalani hidup yang penuh warna dan pengalaman baru. Untuk menjadi teladan dan sahabat bagi putra saya dan mendampinginya mencapai potensi terbaiknya. Untuk membawa manfaat dengan mengamalkan ilmu saya bagi yang membutuhkan, agar tercipta perubahan. Untuk tidak berhenti belajar, bersyukur dan menghargai apa yang saya punya – personal mission statement, August 2015.

Untuk kedua kalinya saya berkesempatan untuk mengikuti training The 7 Habits of Highly Effective People. Training ini berangkat dari hasil riset Stephen Covey mengenai definisi manusia sukses. Instead of sukses, Covey menyebutkan sebagai effective people. Menurut saya menarik sekali hasil dari riset Covey yang men-define 7 karakter manusia yang efektif. Inti dari teorinya bisa dilihat di gambar dibawah.

7 habits

Menurut Covey, untuk bisa menjadi manusia efektif, kita harus melalui 3 tingkatan atau naik kelas ke level berikutnya. Level paling bawah adalah dependence. Ini adalah orang-orang yang belum bisa mandiri, selalu menyalahkan orang lain atas keadaan dirinya. Sering ketemu manusia tipe ini? saya sih jujur saja iya. Gak punya uang, nyalahin orang lain, gak punya kerjaan nyalahin keadaan. Kerjanya ngeluh atau marah-marah. Dulu saya pernah ngobrol sama suami sifat kekeluargaan dan hidup nebeng ortu yang kental di Indonesia seperti double-edged sword.  Sisi payahnya, anak jadi sangat bergantung sama ortu. Rumah nebeng ortu. Biaya hidup nebeng ortu. Ya kalau ortunya mampu, kalau enggak, apa gak kasian sama orang tuanya? Tapi mungkin efek yang lebih buruk, mental anak yang jadi  apa-apa disuapin. Sisi baiknya (mungkin) saat ortunya sudah tua si anak mau ngurusin orang tuanya. Tapi in reality banyak juga anak yang terus jadi benalu ke orang tuanya, padahal saat anak sudah dewasa (17 tahun) harusnya sudah bisa mandiri. ini yang disebut Covey sebagai level dependence atau tidak punya kemandirian.

Untuk naik kelas dari dependence ke independence, kita harus meraih private victory yang hanya bisa dicapai melalui 3 kebiasaan. Habit 1 adalah Be Proactive. Simpelnya, kalau mau mengubah keadaan, mulai dari paradigma diri sendiri. Sadar bahwa tanggung jawab ada di diri sendiri dan secara sadar memilih untuk bertindak. Yang menarik disini adalah, kita seringkali fokus ke energi yang negatif yakni ke hal-hal yang kita rasa kita tidak mampu ubah (circle of concern). Padahal kalau kita berfokus ke circle of influence, things will start to change. 

Circles-of-Concern-and-Influence

Setelah Be Proactive, Habit kedua adalah Begin with the End in Mind. Oke kita mau berubah, berubah menjadi seperti apa? Disini kita diminta untuk menulis personal mission statement.  Video 80th birthday ini bagus banget untuk membuat kita berpikir, kalau kita sudah di usia 80 tahun, kita ingin dikenang sebagai manusia seperti apa? siapa yang akan bersama kita saat merayakan ulang tahun ini dan apa yang mereka katakan tentang kita?

Habit ke tiga adalah Put First Thing First. Sering sekali kita mendahulukan hal yang mendesak tidak penting dan tidak penting tidak mendesak sehingga kita kehilangan fokus ke hal hal yang penting, baik mendesak maupun tidak mendesak. Kuadrannya dan contoh aktivitasnya bisa dilihat dibawah.

7h-matrix

Putting big rocks first before small rocks seperti video ini, agar kita tidak kehilangan fokus dari hal-hal yang penting.

Setelah bisa melakukan 3 habits diatas, kita mencapai level Independence atau kemandirian. Ini adalah kemenangan pribadi kita. But human dont live alone, kita bersosialiasi. Maka kita harus mencapai public victory dan mencapai level interdependence. Ada 3 habits lagi untuk mencapai kesana: Think Win Win, Seek First to Understand then to be Understood dan Synergize. Diluar lingkarnya ada 1 habit lagi yaitu Sharpen the Saw, dimana kita harus terus memperbaharui diri (i.e. exercise, read good books) dan hubungan kita dengan orang lain (i.e. dinner date, holiday) or else, kita bisa terjebak ke level Dependence kembali.

So what kind of life would you like to live? Apa sudah pernh benar-benar memikirkannya? Apa iya kita ‘rela’ membiarkan kanvas hidup kita yang cuma satu-satunya dilukis oleh orang lain? Your Life, Your Masterpiece.  

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s